Inspirasi?
apa inspirasi itu? siapa inspirasiku? apa yang ada dibenakku? tokoh? pahlawan?
aktor?. Setelah satu kata itu aku baca aku langsung mengatakan. Inspirasiku
adalah ibuku. Ibuku adalah wanita biasa. Ia bukan sosok artis yang terkenal,
bukan dosen dan guru yang memiliki ilmu mulia, bukan priyayi yang disanjung
banyak orang, bukan dokter yang dapat menyembuhkan pasiennya bukan juga
milyarder yang banyak uang. Namun, ibuku adalah sosok ibu yang kuat yang
memiliki kekuatan untuk mendidik anaknya sesuai agama dan norma, ia yang selalu
menyanjungku walaupun terkadang banyak orang yang tidak pernah menyanjungnya
bukan dokter namun ia mampu menyembuhkan luka hati kesedihan anaknya bukan
milyarder namun ia bekerja keras mencucurkan kringatnya membasahi bajunya
setiap hari demi menjadikan aku orang yang dibanggakan. Ibu? Kau bukan pahlawan
kebangsaan namun kau pahlawan hidupku. Bagaimana mungkin pengorbanan ibu dapat
dibalas jika ia rela tidak menangis walaupun sebenarnya terluka, ia tidak
pernah mengeluh walaupun sebenarnya ia ingin menyerah, ia tak ingin anaknya
mengetahui padahal ia letih. Sosok pahlawan yang mengharapkan kesuksesan
anaknya. Aku baru menyadarinya ia rela melihatku senang dan tertawa namun
sebenarnya ia lara. Apa yang ia harapkan? uang? kekayaan? jabatan? kehormatan? Tidak
tidak sama sekali. Ibu hanya mengharapkan doa anaknya ketika dirinya sudah
tidak mampu terlihat. Ketika dirinya sendiri dan tidak dapat berkomunikasi
dengan orang lain. Ia adalah
inspirasiku, semangat hidupku. Ia menginspirasikanku untuk kuat dengan kerasnya
dunia. Dia memberikan aku pelajaran bagaimana hidup padahal saat itu adalah
masa masaku untuk menikmati kehidupan anak. Ibu mendidikku menjadi sosok yang
tangguh. Ia kuat walaupun ia ingin menangis. Ia mencoba menyembunyikan
airmatanya agar diri kita tak mengetahui jasanya. Seorang ibu tidak ingin tahu
berapa yang ia berikan dan dari mana ia mendapatkan. Ia hanya ingin anak yang
dibelainya merasakan kebahagiaan.
Aku baru
merasa jauh dari ibu itu tak mampu setelah aku menjadi seorang mahasiswa. Kala itu
adalah hari pertama aku pamitan untuk mengemban ilmu di salah satu universitas
negeri di Indonesia diamana aku mendapatkan kesempatan belajar dengan beasiswa.
Ibuku tersenyum bangga ia berpesan bismillah ingat Allah kesuksesan ada didepan
mata jangan kau sia-siakan waktu. Sambil tersenyum akupun menjawabnya. Aku berpamitan
dan mencium tangannya. Aku menangis saat bermaitan karena ini pengalaman baruku
pergi kuliah di luar daerah. Dia kuat, dia mengatakan jangan menangis. Menangislah
ketika perlu, hapus air matamu. Betapa kuatnya beliau akupun pergi menginjakkan
kakiku keluar dari rumah. Namun apa? Ibuku tak melihatku, ia berpaling dariku
tak melihat mataku bahkan ia langsung masuk ke dalam rumah. Kenapa? Perjalananpun
aku mulai namun telepon genggamku tertinggal. Ku ketuk kembali rumah melihat
ibuku membukakannya. Cucuran airmata ku lihat dari pipinya. Betapa tidak
kusangka ia menangis setelah aku pergi, ia kuat dan tegar ketika aku menangis.
Subhanallah. Ibu adalah orang yang mampu mengerti walapun terkadang orang lain
tak mengerti. Tetesan air matanya adalah mutiara kasih sayangnya untuk anak
tercinta. Berapa? Berapa kita menilai air mata ibu? 1 tetes? 2 tetes?. 1 tetes
airmata ibu tak dapat di ukur kasih sayangnya. Bagaimana jika ia menangis
karena kita? Berapa kasih sayang yang ia berikan. Padahal dengan duka dan
lukanya ia tak pernah ingin anaknya mengetahui. Bagiku aku bersuaha
membahagiakan ibuku. Mungkin aku tak mampu membalas kasih sayang dan perjuangan
beliau. Namun dengan belajar kehidupan dan menimba ilmu aku percaya Allah memberikan
aku kesempatan untukku. Kesempatan membahagakan ibuku seorang. Karena hanya ibu
yang mampu aku bahagaiakan di dunia ini. Walaupun dengan doa aku mampu
membahagiakan ayahku di sana. Doaku orang tuaku akan selalu menemaniku di dunia dan disurga-Nya. Ibu telah memberikan inspirasi hidup, berkarir,berkarya dan kuat menghadapi dunia. Ibu
dan ayah adalah kekuatan setiap langkah ku. Allah? Izinkan aku mampu mencapai
puncak harapanku dengan kenyataan yang dapat membahagiakan mereka. Selain itu ridhoi
aku menjadi wanita yang mulia untuk orang
lain sesuai profesiku yaitu menjadi cahaya bagi penderita. Izinkan aku mengamban profesiku menjadi perawat professional dengan ridho-Mu. Izinkan aku
memberikan uang hasil keringatku yang pertama untuk ibu tercinta. Izinkan aku
membahagiakannya dengan beribadah dengan ibuku ke Baittullah.
Jadi marilah kita
gunakan waktu sebaik mungkin membahaigakan ibu. Tidak hanya materi namun dengan
bentuk kasih sayang anak kepadanya. Kapan lagi kalau tidak saat ini. karena
waktu akan terus berjalan dari detik demi detik menjadi menit menjadi jam
menjadi hari menjadi minggu menjadi bulan menjadi tahun dan masa masa itu akan
singkat. Bismilahhirrohmanirrohim. Au titip rinduku pada Allah dan ku kirim doa
untuk ayah jauh disana. Aku kirim doa dan sejuta rinduku untuk ibu tercinta. Terimakasih
Allah. Subhanallah walhamdulillah wala
ilaha illallah wallahu akbar Walla Haula
Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim (Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan
Allah itu Maha Besar Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan
pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung).
0 komentar:
Posting Komentar